Homoseksualitas Pada Hewan Adalah Fakta Bukan Hoax


Seperti yang banyak orang dari dulu percaya, semua hewan itu heteroseksual. Hewan-hewan dipercaya hanya kawin dan bepasangan dengan lawan jenisnya. Kepercayaan tersebut pun dikuatkan dengan legenda Bahtera Nabi Nuh yang dipercaya hidup pada abad 31-40 SM. Legenda yang juga ditemukan dalam ajaran agama  Yahudi, Kristen dan Islam ini menceritakan bagaimana Nabi Nuh menyelamatkan keluarganya dan hewan-hewan dari bencana banjir besar yang menenggelamkan bumi selama 150 hari. Nabi ketiga dari jajaran Nabi dalam agama Islam ini menyelamatkan hewan-hewan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan, agar mereka bisa berkembang biak.

Dari situlah terlihat bahwa seks hanya memiliki satu fungsi saja, yaitu fungsi reproduksi. Bagaimana kalau ternyata kepercayaan tersebut tidak relevan lagi dengan fakta yang sebenarnya. Bagaimana jika ternyata pada Kera, Lumba-Lumba, Gurita serta jenis hewan lain yang jumlahnya 450 ternyata juga ditemukan afkesi bahkan hubungan seksual sesama jenis? Apakah itu hanya teori propaganda atau HOAX para aktivis LGBT dan ilmuwan yang pro-LGBT?

Ternyata itu bukanlah hoax dan teori semata. Tahun 2009 para peneliti dari Universitas California melakukan penelitian tentang homoseksualitas pada hewan dan hasilnya menunjukan bahwa mulai dari serangka seperti lalat sampai binatang mamalia seperti singa laut, ditemukan perilaku homoseksualitas. Mungkin fakta ini sulit untuk dipercaya bagi orang awam. Bagaimana tidak, Darwin saja yang biasa disebut ahlinya dalam teori evolusi juga percaya bahwa dalam kerajaan hewan, hanya ada perilaku heteroseksual. Hal itu ia percayai karena ia dibesarkan dengan kepercayaan tersebut.

Pada tahun 1922, 5 ekor pinguin dibawa ke sebuah kebun binatang  burung, tetapi tanpa disangka, terlihat perilaku yang tidak umum, yaitu perilaku homoseksualitras. Pingun jantan yang diberi nama Andrew akhirnya diganti menjadi Ann, pinguin betina bernama Erika akhirnya mendapat nama baru, Erik, yang saat itu berpasangan dengan Dora, seorang pinguin betina, begitu juga Caroline yang akhirnya mendapatkan nama baru, yaitu Charles.

Penelitian tentang homoseksualitas pada hewan, sebenarnya sudah sejak 200 tahun yang lalu dilakukan, yaitu pada ikan paus Orca, tetapi hasil penelitian seperti itu seolah ditutup-tutupi sehingga hanya segelintir orang saja yang tahu. Sampai sekarang pun berita ini masih dianggap berita simpang siur, bahkan dikatakan hoax.

Beberapa peniliti beranggapan bahwa perilaku homoseksual pada hewan mungkin hanya sebagai latihan sebelum musim kawin tiba, atau mungkin sekedar ingin merangsang lawan jenisnya. Namun ternyata tidak begitu adanya. Contohnya pada rusa di Afrika, meskipun rusa jantan bersikeras ingin kawin dengan rusa betina, tetapi beberapa rusa betina menolak dan melanjutkan merayu rusa betina lain untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi bukti tersebut belum cukup mengubah pendapat peneliti-peneliti tersebut, mereka masih beranggapan bahwa homoseksualitas pada hewan masih didominasi seksualitas untuk menghasilkan keturunan. Sampai ditemukannya bukti baru dari sebuah penelitian pada kera di Afrika. Kera hanya menghasilkan keturunan setiap 6 tahun sekali, ternyata dalam kurun waktu tersebut para kera tetap berhubungan seksual, termasuk hubungan seksual sesama jenis. Kera yang mempunyai hubungan sesama jenis, cenderung mempunyai ranking yang lebih tinggi dalam koloninya. Mereka saling melindungi saat terjadi serangan. Ini memberikan titik terang bagi para peneliti tentang masalah tersebut. Bukti tersebut menunjukan bahwa seksualitas pada hewan tidak hanya memiliki fungsi reproduksi tetapi juga fungsi kenikmatan serta fungsi sosial.

Banyak yang beranggapan bahwa hubungan homoseksual pada hewan tidak berlangsung lama. Tetapi lagi-lagi hal itu terbantahkan saat ditemukannya hubungan homoseksualitas pada lumba-lumba yang berlangsung seumur hidup, begitu juga pada singa betina.

Lagi-lagi muncul bantahan, bahwa itu terjadi karena hewan tidak berpasangan  secara heteroseksual, khususnya saat parenting –membesarkan keturunan- . Hubungan seksual lawan jenis hanya dilakukan sekedar untuk memperbanyak keturunan, saat parenting sepenuhnya adalah tugas hewan betina. Jadi wajar hubungan homoseksual itu terjadi. Namun teori itu pun terbantahkan lagi, karena pada banyak spesies burung, parenting -mengasuh anak- ternyata dilakukan oleh pasangan lawan jenis juga. Lebih dari itu, ternyata parenting juga dilakukan oleh pasangan sesama jenis juga, seperti pada angsa yang mempunyai hubungan segitiga, 2 jantan dan satu betina.

Pada spesies burung di sebuah pantai di Massachusetts, timur laut Amerika, ditermukan parentingpada banyak pasangan burung betina, selain parenting pasangan heteroseksual. Awalnya para peneliti keheranan, bagaimana pasangan burung betina bisa bertelur? Ternyata pada kasus pasangan burung betina, peran burung jantan hanya sebagai donor sperma saja. Saat menetaskan telur, orang tua pasangan burung betina mempunyai peran yang sama seperti pada pasangan orang tua heteroseksual. Ketika salah satu pasangan mengerami telur, pasangan lainya mencari makan dan menjaga sarang mereka.

Octopus atau sering kita sebut gurita, hidup di kedalaman 2 kilometer. Tidak hanya homoseksualitas ditemukan pada  kelompok gurita, tetapi hubungan homoseksualitas tersebut dilakukan antara dua gurita yang jenisnya berbeda.

Penelitian pada monyet jepang, menunjukan bahwa perilaku homoseksual pada monyet, terutama monyet betina ternyata bukan karena kurangnya monyet jantan. Pasangan monyet betina, justru menolak monyet jantan yang ingin kawin. Pasangan homoseksual tersebut mempunyai suatu hubungan dengan peran bergantian. Pada satu waktu salah satu monyet betina menaiki pasangannya, pada waktu lain ia yang dinaiki. Hubungan seksual sesama jenis pada monyet jepang ini  diketahui terjadi bukan karena fungsi sosial saja -saling melindungi jika monyet jantan datang-, tetapi lebih pada fungsi seksual lainnya, yaitu kenikmatan. Bagaimana mungkin hewan seperti monyet mempunyai sebuah rasa yang umumnya dimiliki manusia (rasa kenikmatan)? Kira-kira kenapa monyet-monyet jepang senang sekali dan menikmati waktunya berendam di kolam air hangat? Bahkan bisa sampai berjam-jam. Bukankah karena mereka menikmati aktifitas tersebut?

Lalu bagaimana hewan-hewan yang mempunyai hubungan sesama jenis ini punya keturunan? Para peneliti setuju bahwa hewan yang melakukan hubungan seksual sesama jenis, pada satu waktu mereka juga melakukan hubungan lawan jenis, untuk mempunyai keturunan. Tetapi sesudahnya, mereka akan kembali lagi kepada pasangan sesama jenisnya.
Masihkah berpikir bahwa homoseksualitas hanya ada pada satu spesies mamalia, yaitu Manusia?

Berikut ini Daftar tentang homoseksuaitas pada hewan-hewan, silahkan klik pada nama spesiesnya


Share on Google Plus

About Blued Indonesia

    Blogger Comment
    Facebook Comment