Pernah merasa jengah gak sih, udah enak-enak ngejalanin hubungan romantis sepersekian tahun dan ujung-ujungnya ketemu jalan buntu yang akhirnya terpaksa harus selesai. Apalagi kalau alasannya bukan dari satu pihak, tapi justru datang dari pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan drama percintaan kita. Bukan karena perselingkuhan ataupun sejenisnya, namun lebih karena prinsip dan ideologi yang berbeda.
Syukur-syukur kalau kedua belah pihak bisa saling memahami dan mau saling mengerti, bahwa ada sisa hubungan yang harus diselesaikan dengan baik-baik. Namun apa jadinya kalau ternyata, hanya satu dari kita yang sudah siap dengan status baru sebagai seorang lajang yang terlahir kembali. Sementara calon mantan kita belum tentu siap dengan konsekuensi diputuskan.
Mengakhiri hubungan asmara bukanlah perkara gampang, karena banyak sekali alasan yang menjadi dasar mengapa kita ingin memutuskannya. Apalagi kita sebagai bagian dari komunitas LGBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender) yang masih banyak ditempeli stigma-stigma terkait dalam urusan relasi seksual ataupun relasi romantis. Memang sih, kondisi ini juga rentan sama rata dialami oleh sobat lain non-LGBT. Namun ada kalanya kita akan sedikit ngebahas untuk ranah LGBT terlebih dahulu.
Bagaimana kita bersikap dalam mengakhiri hubungan berpacaran:
1. Menyiapkan jawaban atas seribu pertanyaan
Dengan memilih putus, kita seharusnya sudah disetting untuk siap menjawab segala pertanyaan tentang segala penyebabnya kenapa bisa putus. Karena tanpa alasan yang jelas, hal itu akan mengakibatkan tanda tanya besar yang bukannya menyelesaikan masalah justru semakin menambah masalah. Jadi kita pun juga harus siap menerima perubahan yang akan terjadi di masa depan. Persiapkan pula rasa kecanggungan yang mungkin akan terjadi setelah hubungan berakhir.
2. Stay Cool
Mutusin pasangan saat sedang emosi meninggi itu layaknya ngajak perang, alhasil bakal semakin runyam. Walaupun hal tersebut merupakan salah satu penyebab mengapa kita ingin memutuskannya, namun jangan lakukan dalam kondisi sedang marah. Siapa sih yang ingin diputusin dengan diteriakin keras-keras? Ada suara gak mau ngalah. Sama-sama emosi. Ada baiknya tunggu tenang dulu. Kalau sudah tenang baru deh diungkapkan secara tenang namun penuh ketegasan. Diyakini hal tersebut lebih baik ketimbang sambil marah-marah. Malah dampaknya akan menimbulkan dendam, dan lebih parahnya lagi akan menciptakan hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Jangan Drama di Depan Umum
Memutuskan pasangan di tempat umum hanya akan membuat pemandangan yang tidak enak dilihat di tengah keramaian. Bawalah dia ke tempat yang sifatnya pribadi, hanya berdua saja karena publik tidak perlu mengetahui apa yang terjadi. Keadaan ini akan berbeda jika kamu ingin memutuskan pasangan yang cenderung melakukan kekerasan atau yang a little bit Psycho. Justru untuk kasus yang satu ini, kita harus memposisikan tempat kejadian di area padat orang. Hal ini untuk menghindari tindakan-tindakan yang fatal dan demi keselamatan. Yang jelas, kita harus tahu kapan waktu yang tepat buat memainkan drama-nya.
4. Fokus pada inti permasalahan
Bodoh saja ketika kita ingin memutuskan hubungan dengan pasangan kita, namun kita sendiri mengulik-ngulik indahnya kenangan masa lalu yang dilalui bersama. Jadi hindari topik itu dan tetap fokus pada inti permasalahan dan tujuan. Jangan membicarakan hal-hal yang seakan-akan bahwa yang sudah rusah masih bisa diperbaiki. Kamu ingin memutuskan relasi karena merasa bahwa hubungannya sudah tidak sehat. Apabila hubungan sudah tidak sehat lagi, maka tidak perlu berpikir panjang. Karena memang jalan yang terbaik adalah harus mengakhiri dan membuat langkah baru. Yang lebih sehat tentu saja. Bicarakan kegagalan. Bicarakan ketidak-cocokan, obrolkan ketidak-sepahaman.
5. Bersikap Sopan
Dengan bersikap sopan, hal ini akan menambah nilai plus. Karena dengan cara ini, pasangan setidaknya akan mengikuti sikap kita, itu pun kalau dia mau bersikap lebih dewasa atau bijaksana. Tetap tenang dan berkepala dingin, ini yang harus tetap dijaga, karena tidak menutup kemungkinan si dia akan muncul perasaan dongkol atau kesal yang bisa muncul tiba-tiba hingga teriak-teriak untuk meluapkan emosinya, ingatlah bahwa kita telah bersikap sopan dan dewasa kepadanya. Kalau saja pasangan kita semakin tidak stabil dalam bersikap, toh kita semakin punya alasan yang jelas untuk memutuskannya.
6. Pikir Ulang sekali lagi – Yakinkan diri
Tentu saja sebelum melakukan beberapa poin diatas, terlebih dahulu utamakan lagi poin yang satu ini. Yakin kan diri. Kumpulkan segala sebab atau alasan kuat kenapa memutuskan untuk memilih mengakhiri hubungan. Jangan sampai, mendadak tiba-tiba timbul penyesalan lantaran dari kita-nya yang ternyata larut dalam drama dan emosi tingkat tinggi. Sehingga bias, seolah-olah pihak yang dipersalahkan adalah si dia, padahal kenyataannya justru kita sendiri lah yang menjadi biang kerok dari semua ini. Jadi pikir matang-matang sebelum mengambil keputusan. Tidak ada ceritanya penyesalan selalu datang tepat waktu, penyesalan selalu datang terlambat.
7. Putuskan Secara Langsung
Maksudnya, jangan pernah sekali-kali mutusin seseorang hanya sekedar lewat telepon apalagi SMS/Whatsapp/BBM. Jangan mentang-mentang dunia sekarang lagi demen-demennya era digital-online, mutusin anak orang pun secara online. Alemong, bikin sakit hati yang ada. Kita sendiri juga gak mau kali, diputusin pasangan hanya bermodal SMS. “Yang, kita putus” dan malapetaka perang Bharatayudha pun berkecambuk. Jadi, jangan menjadi sadis dan egois. Ambil sikap, temui langsung dan utarakan maksud. Bagaimanapun juga bertatap muka langsung akan berakhir lebih baik (seharusnya) dan dia akan menghargai keputusanmu.
Well, selamat mengambil keputusan dan terus berproses!
Sumber: http://brondongmanis.com/
Blogger Comment
Facebook Comment