Cari Tau 7 Mitos HIV dan AIDS


Hingga saat ini AIDS telah membunuh sekitar 39 juta orang, akan tetapi bahaya sesungguhnya adalah kesalahpahaman dan juga stigma akan HIV itu sendiri. Sayangnya, ada orang yang masih tidak tahu apakah HIV dan AIDS itu, bagaimana penularannya terjadi, atau bagaimana hidup berdampingan dengan para penderitanya. Kali ini, kita akan mengajak kalian untuk mengupas tuntas mitos-mitos mengenai HIV dan AIDS. Sudah siap? Mari kita mulai!

Mitos 1: Terserang HIV berarti terserang AIDS

Eits, tunggu dulu! Walaupun sering disandingkan dalam penggunaan istilahnya, HIV dan AIDS itu berbeda. HIV merupakan virus yang menghancurkan sel kekebalan tubuh bernama CD4. Dengan pengobatan yang tepat, bisa saja pengidap HIV positif bertahan tanpa menjadi AIDS. AIDS didiagnosis pada tingkat HIV dan infeksi oportunistik tertentu, atau saat jumlah sel CD4 turun di bawah 200.

Mitos 2: Jika kamu terinfeksi HIV, maka kamu akan segera tahu

Salah besar! Gejala-gejala infeksi HIV butuh waktu yang lama bahkan bisa sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul. Artinya, kamu bisa saja sudah terinfeksi sejak lama tanpa merasakan gejala apapun. “Pada orang dewasa, umumnya butuh 8-10 tahun sampai terlihat adanya tanda-tanda terinfeksi, jadi hampir tidak mungkin untuk menyatakan bahwa seseorang terkena HIV sejak awal ia terjangkit,” jelas Owen Ryan, direktur eksekutif dari International AIDS Society. Satu-satunya cara paling efektif untuk mengetahui seseorang terjangkit HIV dan AIDS atau tidak adalah dengan uji laboratorium, bukan dengan melihat gejala.

Mitos 3: Jangan menyentuh orang dengan HIV positif karena dapat menular

Kamu tidak akan tertular HIV hanya karena memeluk orang itu, menggunakan gelas yang sama, atau bernapas di dalam ruangan yang sama. HIV dan AIDS tidak akan menular melalui udara, sentuhan kulit, air liur, atau keringat.
HIV dan AIDS hanya menular melalui beberapa cairan tubuh, yaitu: darah, air susu ibu, cairan vagina, cairan sperma, dan cairan rektum. Nah, berarti HIV baru bisa menular dengan penggunaan jarum suntik yang bergantian, pembuatan tindik atau tato yang tidak steril, transfusi darah, dari ibu ke bayinya, ataupun hubungan intim tanpa menggunakan pengaman.

Oh ya, walaupun HIV dapat ditularkan melalui darah, tapi gigitan nyamuk tidak akan menularkan HIV karena HIV tidak akan bertahan lama dalam tubuh serangga.

Mitos 4: Terjangkit HIV adalah akhir dari segalanya

Sampai saat ini memang belum ada vaksin untuk HIV, akan tetapi riset untuk pengobatan HIV dan AIDS terus berkembang pesat. World Health Organization (WHO) menyarankan orang dengan HIV positif untuk menekan perkembangan virus dengan menggunakan Antiretroviral Treatment (ARV), “…dan itu bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk keluarga dan pasangan mereka; bahkan 96% dari mereka yang melakukan perawatan ini tidak akan menularkan HIV kepada orang lain.”
Dengan perawatan ini, infeksi virus akan berhenti dan sistem kekebalan tubuh akan terjaga. Perawatan yang tepat sejak dini dan konsisten dapat memperpanjang usia pasien bahkan sampai dengan jangka usia normal pada umumnya.

Mitos 5: Saya hanya memiliki satu pasangan jadi tidak perlu khawatir

Walaupun setia dengan satu orang pasangan, tetap tidak menutup kemungkinan terjadinya penularan HIV. Pastikan kamu dan pasanganmu terbuka satu sama lain tentang kesehatan seksual kalian. Tidak ada salahnya juga untuk melakukan pemeriksaan bersama untuk mengantisipasi HIV atau infeksi menular seksual lainnya.

Mitos 6: Bayi yang dikandung oleh penderita HIV positif akan ikut tertular

Menurut Profesor Salim Abdool Karim, direktur dari Pusat Program Riset AIDS di Afrika Selatan (CAPRISA), apabila seorang perempuan dengan HIV mengandung, bayinya tidak akan selalu ikut tertular. Bahkan tanpa ada perlakuan apapun, kemungkinan tertularnya HIV ke bayi yang dikandung hanyalah sekitar 25-33%. Risiko ini dapat diturunkan dengan memberikan ARV.

Mitos 7: HIV dan AIDS adalah penyakitnya LGBT

Berdasarkan data Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS (SIHA), sejak ditemukan pada tahun 1987 sampai September 2014, faktor risiko penularan HIV dan AIDS di Indonesia didominasi oleh hubungan seks heteroseksual dengan persentase sebesar 61,5% sedangkan hubungan seks homoseksual hanya sebesar 2,4%. Semua orang dapat terkena HIV tanpa melihat orientasi seksual, gender, suku, ras, ataupun hal lainnya.

Semoga informasi yang diberikan menambah wawasan tentang HIV dan AIDS. Mari jauhi penyakitnya, bukan orangnya!

Sumber: http://guetau.com/
Share on Google Plus

About Blued Indonesia

    Blogger Comment
    Facebook Comment