Masa depan Gereja Katolik Australia harus lebih inklusif dan ramah kepada komunitas LGBT, menurut dokumen kerja yang dihasilkan oleh keuskupan agung Australia.
Draf dokumen, yang dirilis oleh Keuskupan Agung Canberra dan Goulburn, memberi masukan tentang ‘masa depan Gereja Katolik di Australia.’
Selain inklusif LGBT, dokumen tersebut juga menyerukan tentang diaken perempuan, kapelan perempuan dan pendeta yang menikah, seperti yang dilaporkan di situs web konservatif LifeSiteNews.
“Kasih Tuhan inklusif,” tulis dokumen tersebut. “Gereja telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengecualikan dibandingkan dengan merangkul, misalnya, perempuan, LGBT, orang yang bercerai, orang-orang dari agama lain.”
Dokumen ini adalah daftar draft saran yang dapat diajukan sebelumnya di Rapat Dewan Pleno di seluruh negara yang akan berlangsung pada tahun 2020.
Rapat Dewan ini digambarkan sebagai “bentuk pertemuan tertinggi gereja lokal dan memiliki otoritas legislatif dan pemerintahan,” untuk membahas masa depan Gereja Katolik di Australia.
Terakhir kali Australia mengadakan Rapat Dewan Pleno adalah 81 tahun yang lalu.
Gereja di bawah Paus Fransiskus
Meskipun tetap menjadi topik yang memecah belah, sikap Gereja Katolik terhadap homoseksualitas dan gerakan hak LGBT telah melunak dalam beberapa tahun terakhir.
Ini terutama terjadi di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus. Sementara paus tetap menentang isu-isu seperti pernikahan sesama jenis, dia sering membuat komentar yang telah menyebabkan banyak orang menganggapnya sebagai progresif berkaitan dengan hak LGBT.
Pada 2013, paus mengejutkan anggota Gereja Katolik dan komunitas LGBT dengan mengatakan ‘If someone is gay and he searches for the Lord and has good will, who am I to judge?'
Awal tahun ini, paus mengatakan kepada seorang lelaki gay ‘God made you like this and loves you like this and I don’t care. The Pope loves you like this.’
Sumber: http://www.suarakita.org/
Blogger Comment
Facebook Comment