Pihak berwenang Mesir menangkap tujuh orang terkait dugaan mempromosikan sekaligus mendukung Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) pada Senin (25/9). Para tersangka disebut menaikkan bendera dengan corak pelangi yang dikenal sebagai simbol khas dukungan kelompok tersebut dalam sebuah konser.
Konser yang digelar pada Jumat (22/9) lalu itu menampilkan sebuah band rock indie asal Lebanon bernama Mashrou' Lelila. Menurut keterangan, penyanyi dari band tersebut adalah seorang gay dan secara terbuka mengakuinya.
Sebanyak tujuh orang yang ditangkap karena mengibarkan bendera corak pelangi saat konser tersebut didakwa dengan tuduhan menghasut tindakan amoralitas. Saat ini mereka seluruhnya masih berada dalam tahanan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Penuntutan nantinya disebut dilakukan oleh kejaksaan tinggi.
LGBT dianggap sebagai sesuatu yang tabu di Mesir. Kelompok dengan perilaku dan sikap yang menitiktekankan kepada orientasi seksual semacam itu dianggap tak dapat ditolerir karena tak dibenarkan oleh ajaran agama apapun.
Karena itu, mempromosikan perilaku LGBT di Mesir yang dikenal sebagai negara mayoritas Muslim merupakan sesuatu yang tak dapat dibenarkan. Mereka yang melakukannya dianggap melakukan tindakan amoralitas, seperti halnya sebuah prostitusi.
Banyak warga Mesir mengapreasiasi penangkapan terhadap tujuh orang yang diduga mempromosikan LGBT tersebut. Salah satunya adalah Reza Ragab yang juga merupakan seorang musisi di negara itu.
"Bagaimanapun kami menentang seni yang dicampuradukkan dengan promosi LGBT, itu adalah tindakan yang merusak," ujar Ragab.
Ia menuturkan sebaiknya pihak berwenang Mesir melakukan pengawasan lebih ketat, termasuk dalam memberikan izin konser bagi kelompok musik maupun band yang dianggap dapat merusak moral generasi muda.
Menurut Ragab, seni tidak dapat dicampurkan dengan sesuatu yang dianggap bertentangan dengan etika dan moral, serta adat istiadat suatu bangsa.
Mashorou' Leila juga dikenal sebagai band kontroversial di Timur Tengah. Grup musik ini di antaranya sudah dua kali dilarang tampil di Yordania karena tuduhan menampilkan hujatan terhadap tradisi kerajaan negara itu. The Washington Post
Blogger Comment
Facebook Comment