Cara Menghadapi Homofobia yang Terinternalisasi


Homofobia yang terinternalisasi terjadi saat seseorang yang gay menganggap gay itu hal yang buruk. Pada beberapa kasus, seseorang yang gay menolak seksualitasnya sendiri. Seseorang yang berjuang menghadapi homofobia yang terinternalisasi lazimnya juga menghadapi konflik internal terkait perasaannya akan ketertarikan seksual dan keinginan untuk menjadi heteroseksual. Itu bisa dikembangkan secara tidak sadar saat kecil melalui keyakinan orang tua, sikap komunitas tempat dia berada, pandangan rekan, kebencian pemuka agama, atau bahkan hukum anti-gay yang disahkan pemerintah. Keyakinan anti-gay ini bisa mencegah seseorang memiliki hidup yang memuaskan, mencapai target profesional dan pribadi, serta merasa rendah diri, atau cemas dan depresif. Jika Kamu berjuang melawan homofobia yang terinternalisasi, ada beberapa cara untuk melangkah menuju penerimaan diri.


Mengidentifikasi Homofobia

1.     Bersedia menyelesaikan masalah Kamu. 

Terkadang mengabaikan dan memendam perasaan terkesan lebih mudah. Sebenarnya jika melakukan itu, Kamu hanya menumpuknya sampai kewalahan. Untuk menghadapi homofobia yang terinternalisasi, Kamu harus bersedia mengakses perasaan tersebut dan mengonfrontasinya.

·       Buat keputusan sadar untuk mengidentifikasi dan menyingkirkan homofobia yang sudah terinternalisasi. Walaupun mungkin sulit, ingatkan diri alasan Kamu melakukan ini. Contohnya, tujuan Kamu mungkin mengatasi perasaan negatif terkait orientasi seksual Kamu dan merasa lebih gembira dengan hasilnya.
·       Camkan bahwa homofobia yang terinternalisasi juga bisa menyebabkan masalah dalam hubungan karena rasa stres yang ditimbulkannya. Seseorang yang mengidap homofobia yang terinternalisasi mungkin merasa malu dan cemas. Dia juga mungkin memandang rendah kaum gay, termasuk pasangannya.


2.     Ajukan pertanyaan kepada diri sendiri. 

Kamu bisa menentukan apakah Kamu mengidap homofobia yang sudah terinternalisasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana kepada diri sendiri. Jika jawaban Kamu ya untuk pertanyaan berikut, Kamu mungkin mengidap homofobia yang terinternalisasi. Pertanyaan yang bisa Kamu ajukan kepada diri sendiri di antaranya:

·       Pernahkah Kamu berharap tidak menyukai sesama jenis?
·       Pernahkah Kamu berusaha menyingkirkan perasaannya?
·       Pernahkah Kamu merasa bahwa ketertarikan seksual dengan sesama jenis adalah sebuah kekurangan?
·       Sudahkah Kamu mencoba untuk merasa tertarik dengan lawan jenis?
·       Apakah Kamu menghindari berinteraksi dengan kaum lesbian, gay, atau biseksual?
·       Apakah ketertarikan Kamu terhadap sesama jenis membuat Kamu merasa terasing dari diri sendiri?

3.     Pertimbangkan dampak homofobia yang terinternalisasi. 

Pertimbangkan cara homofobia membentuk sikap, perilaku, edukasi, dan pilihan hidupmu. Mungkin homofobia yang sudah terinternalisasi menghentikanmu dari berteman dengan kaum LGBT lainnya atau mencapai tujuan hidup.

·       Contohnya, mungkin Kamu menghindari bersosialisasi dengan kaum gay karena menyangkal perasaan yang ada dalam diri. Atau mungkin keyakinanmu bahwa kaum gay tidak bisa berolahraga mencegahmu untuk melakukan hobi bermain sepak bola saat SMA.
·       Homofobia yang terinternalisasi bisa memengaruhi sikapmu dalam hubungan romantis. Seseorang yang mengidap homofobia yang terinternalisasi telah terbukti mengalami lebih banyak konflik dalam hubungan sesama jenis. Itu bahkan bisa mengakibatkan kekerasan rumah tangga dalam hubungan sesama jenis.
·       Untuk melawan homofobia yang terinternalisasi, Kamu bisa mencoba melakukan salah satu hal yang selama ini ingin Kamu lakukan, tetapi belum sempat. Jika sudah lama Kamu ingin bermain sepak bola, bergabunglah dengan sebuah liga. Atau bahkan lebih baik lagi, Kamu mungkin bisa bergabung dengan tim sepak bola gay.


Menyingkirkan Homofobia yang Terinternalisasi

1.     Tetapkan target untuk diri sendiri. 

Kamu harus memutarbalikkan dampak homofobia yang terinternalisasi, dan menetapkan target adalah awal yang baik. Cobalah menentukan target melakukan kegiatan yang selama ini Kamu hindari karena Kamu mengira kaum gay tidak bisa melakukannya. Contohnya, jika suka berolahraga, Anda bisa menentukan target bergabung dengan tim LGBT dalam liga olahraga.

·       Jika tidak ada tim LGBT pada olahraga kegemaran di daerahmu, pertimbangkan untuk membentuknya.

2.     Belajarlah Mencintai Diri Sendiri. 

Ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan dan mungkin membutuhkan waktu. Cobalah melakukan sesuatu yang membangun penghargaan diri. Contohnya, kembangkan gaya atau temukan cara untuk mengekspresikan diri yang dahulu tidak bisa Kamu lakukan. Hal-hal seperti itu akan membantu membangun citra diri dan penghargaan diri.

·       Lakukan afirmasi setiap hari. Afirmasi adalah hal-hal yang Kamu katakan kepada diri sendiri untuk mengingatkan atribut positif dalam diri. Kamu bahkan bisa mencoba menuliskan pesan untuk diri sendiri terkait betapa hebatnya dirimu. Menuliskan pesan afirmasi diri di sekitar rumah bisa membantu Kamu untuk menerima bahwa diri sendiri itu mengagumkan.
·       Traktir diri sendiri dengan layanan pijat, perawatan wajah, atau perawatan lainnya yang membuat tubuh merasa nyaman. Jika Kamu merasa nyaman dengan tubuh sendiri, kemungkinan Kamu untuk menerima diri sendiri akan lebih besar.

3.     Singkirkan sumber homofobia dalam hidup. 

Sering kali jika homofobia yang Kamu idap sudah terinternalisasi, pemikiran anti-gay juga sudah berakar di lingkungan sosialmu. Homofobia bisa terlihat jelas, seperti seseorang mengatai kaum gay, atau pun samar, seperti kebencian terhadap kaum gay melandasi suatu perbincangan. Jika seseorang di sekitarmu menampilkan pertanda homofobia, Kamu sebaiknya menghindari orang tersebut sampai dia berubah.

·       Apakah ada kaum LGBT yang terbuka saat Kamu bersekolah? Apakah orang tuamu membahas sebenci apa mereka terhadap kaum gay? Mungkin tempat ibadahmu menolak kaum gay? Pertimbangkan untuk menjauhkan diri dari pengaruh anti-gay ini atau menetapkan batas dengan orang-orang anti-gay dalam hidupmu.
·       Menyingkirkan homofobia orang lain dari hidupmu bisa berdampak baik pada kesehatan jiwa dan fisik.

4.     Menjauhlah dari orang-orang yang mengidap homofobia. 

Apakah Kamu satu kantor atau satu sekolah dengan seseorang yang melontarkan komentar negatif terhadap kaum gay atau yang mengolok-olok kaum gay? Jika ya, cobalah untuk menjauhkan diri dari orang tersebut.

·       Kamu juga bisa melaporkan orang tersebut kepada perwakilan bagian SDM, guru, atau konselor sekolah karena pernyataan semacam itu tidak bisa diterima. Keberadaan seseorang yang menyuarakan pendapatnya bisa membantu memperbaiki lingkungan sekolah atau kerja.
·       Terpapar sikap negatif terhadap kaum gay bisa berdampak pada penghargaan diri serta persepsi terhadap diri sendiri, jadi, Kamu harus menjauh dari orang-orang yang bersikap homofobik.

5.     Bicaralah dengan teman yang melontarkan pernyataan homofobik. 

Menemukan pihak ketiga yang bisa menyuarakan pendapatnya saat seseorang melontarkan pernyataan homofobik tidak selalu memungkinkan. Contohnya, jika memiliki teman yang terkadang melontarkan pernyataan homofobik, Kamu mungkin harus mengatakan sesuatu untuk menghentikannya.

·       Saat Kamu melakukan itu, identifikasi bagian mana dari pernyataannya yang homofobik. Contohnya, jika teman melontarkan pernyataan homofobik, Kamu bisa mengatakan sesuatu seperti, “Gue nggak nyaman sama cara lo make kata gay. Bisa nggak si lo nemuin cara lain buat ngomong lain kali?”
·       Pastikan Kamu berfokus pada perilaku orangnya, alih-alih mencap orangnya. Dengan kata lain, jangan menyebut seseorang mengidap homofobia. Alih-alih, jelaskan bahwa pernyataan yang dilontarkan orang tersebut merupakan contoh pernyataan homofobik.

Mencari Bantuan dari Orang Lain

1.     Habiskan waktu dengan kaum LGBT. 

Jika Kamu berhadapan dengan seseorang yang mengidap homofobia, bertanyalah kepada kaum LGBT lain cara mereka menghadapi homofobia dalam hidup mereka. Lalu hanya dengan berada di sekitar kaum LGBT secara reguler bisa membantu Kamu merasa lebih tidak sendiri saat berhadapan dengan orang-orang yang mengidap homofobia. Menjalin persahabatan dengan kaum LGBT lainnya juga bisa membantu melawan perasaan jijik dan benci terhadap diri sendiri yang masih tersisa.

·       Cobalah menghabiskan waktu bekerja sukarela untuk yayasan gay atau pergi ke pusat komunitas gay. Berbuat baik sekaligus menolong diri mengatasi homofobia yang sudah terinternalisasi adalah situasi yang menguntungkan semua orang.
·       Jika ada bar gay di kotamu, Kamu bisa menghabiskan waktu di sana. Anda bahkan tidak harus minum-minum agar bisa bersosialisasi dengan menyenangkan di bar gay.

2.     Kelilingi diri dengan orang-orang yang suportif. 

Lingkungan yang suportif dan positif bisa meningkatkan penghargaan diri, pandangan Kamu terhadap hidup, dan keseluruhan kebahagiaanmu. Cobalah untuk mengelilingi diri dengan orang-orang yang menerima dan suportif terhadap orientasi seksualmu.

·      Kelilingi diri dengan teman-teman yang suportif terhadap orientasi seksualmu. Mengubah lingkaran pertemanan mungkin membutuhkan waktu dan rumit secara emosional, tetapi itu sepadan dengan kesejahteraan dan kesehatan jiwamu.
·       Pilih perusahaan yang menerima kaum LGBT. Jika pemberi kerja tidak suportif terhadapmu dan Kamu memiliki lingkungan kerja yang berbahaya, mungkin ini saatnya mencari pekerjaan baru.
·       Beberapa organisasi yang bisa Kamu pertimbangkan untuk bergabung adalah Suara Kita atau tempat ibadah yang menerima kaum gay. Itu adalah tempat Kamu bisa bertemu dengan orang-orang yang terbuka dan ramah yang menentang homofobia.

3.     Cari bantuan ahli. 

Jika Kamu mengidap depresi atau homofobia yang sudah terinternalisasi terus menghantui, pertimbangkan untuk mencari pertolongan dari ahli kejiwaan. Kamu bisa mendatangi psikolog, ahli terapi, atau pun konselor. Pastikan ahli tersebut menerima kaum gay karena berkonsultasi dengan konselor yang mengidap homofobia sedikit pun malah akan semakin menjerumuskanmu.

·     Jangan ragu untuk mencari orang yang tepat untuk membantumu melewati masalah. Kamu bisa bertanya kepada ahli kejiwaan terkait pendapat mereka tentang isu LGBT dan sampaikan bahwa Kamu tidak mau berkonsultasi dengan orang yang mengidap homofobia.

Tips
  • Menerima diri membutuhkan waktu. Jangan terlalu frustrasi jika Kamu tidak merasa lebih baik dalam semalam.
  • Ada banyak stereotip negatif terhadap kaum LGBT. Temukan cara untuk menghadapinya dan melindungi penghargaan diri sehingga sikap negatif orang lain tidak memengaruhi penghargaan dirimu. Wikihow


Share on Google Plus

About Blued Indonesia

    Blogger Comment
    Facebook Comment