Hasil survei terbaru yang dilakukan di Sumatra Barat menunjukkan, media sosial 'Facebook' menjadi yang terfavorit bagi pelaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) untuk berinteraksi. Penelitian yang melibatkan 147 responden pelaku LGBT ini menunjukkan sebanyak 58,7 persen responden mendapatkan pasangan dari media sosal dan 21,7 persen menemukan pasangan dari komunitas LGBT tanpa perantara media sosial.
Penelitian yang digarap oleh Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia Wilayah Sumatera Barat ini merinci, Facebook merupakan media sosial paling banyak digunakan bagi pelaku LGBT untuk 'bergaul' yang sebesar 41,8 persen. Menyusul Whatsapp 18,9 persen, Twitter 6,6 persen, Wechat 18,9 persen, dan media sosial lainnya 13,8 persen.
"Harus ada antisipasi terkait hal ini karena menyangkut pengawasan orang tua, terutama saat anak mengakses gadget dan menggunakan medsos," ujar Alfikri, salah satu peneliti dalam paparannya di depan Gubernur Sumbar, Senin (23/4).
Temuan lainnya, 43 persen pelaku LGBT di Sumbar masih tinggal dengan orang tuanya. Di peringkat kedua, pelaku LGBT mengaku tinggal di indekos. Sementara terkait aktivitas seksual, paling banyak dilakukan di indekos yakni 51,8 persen responden, 20,1 persen dilakukan di hotel, dan 15,6 persen dilakukan di rumah orang tua.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat, Buya Gusrizal Gazahar menilai bahwa penolakan terhadap perilaku LGBT harus ditarik ke tingkat desa atau nagari. Menurutnya, perlu ada satu perangkat hukum di level nagari yang bisa menjerat perilaku LGBT.
"Kami sudah berdiskusi dengan pakat hukum, bisa dibuat dalam bentuk hukum adat. Harus diklasifikasi, kelompok yang mungkin terkontaminasi, pelaku, dan korban. Dalam Islam, LGBT ini kekejiannya melebihi zina bagi orang yang sudah menikah," jelas Buya Gusrizal.
Sementara itu, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menjelaskan bahwa kunci dari perlawanan terhadap perilaku LGBT adalah pendidikan di lingkungan keluarga yang mencukupi. Apalagi kasus LGBT di Sumbar justru terjadi di daerah yang kental dengan budaya dan agama Islam, dan keras menolak perilaku LGBT.
"Kalau dilihat, persoalan pertama yang harus dibenahi adalah masalah keluarga. Intinya adalah soal pembinaan, pendidikan di rumah.Peran keluarga terbesar sebagai sumber utama kemunculan perilaku LGBT ini," kata Irwan.
Irwan sendiri berancana menyusun Peraturan Daerah (Perda) yang secara khusus bisa mendorong para orang tua untuk meningkatkan pendidikan agama di lingkungan rumah, dan memberikan kasih sayang yang cukup kepada anak-anaknya. Irwan juga meminta keterlibatan alim ulama dalam menggencarkan pendidikan agama, termasuk juga guru untuk memastikan pergaulan anak didiknya di sekolah tetap terjaga.
Sumber: http://www.republika.co.id/
Blogger Comment
Facebook Comment