Apa Sih yang Terjadi Saat Operasi Ganti Kelamin?



Operasi ganti kelamin alias rekonstruksi genital adalah sebuah prosedur medis yang mengubah organ genitalia dari satu gender ke yang lain. Ada banyak alasan yang melatarbelakangi keputusan seseorang untuk menjalani operasi ganti kelamin. Lantas, seperti apa prosedurnya?

Kenapa seseorang ingin ganti kelamin?

Ada dua alasan utama mengapa kebanyakan dokter memberikan lampu hijau untuk pasiennya menjalani operasi ganti kelamin. Pertama, untuk bayi baru lahir yang didiagnosis memiliki penis dan vagina alias interseksual. Kelamin ganda adalah sebuah kondisi cacat lahir yang dapat memengaruhi tumbuh kembang ke depannya, maka bayi yang berkelamin ganda harus sesegera mungkin ‘diberikan’ salah satu jenis kelamin.

Walaupun begitu, pernyataan yang dikeluarkan oleh PBB tahun 2013 di Special Rapporteur on Torture menyatakan bahwa pelaksanaan operasi ganti kelamin tanpa persetujuan pemilik tubuh adalah ilegal. Jadi pada bayi yang terlahir dengan dua kelamin berbeda, operasi kelamin harus dan baru bisa dilakukan setelah ia berusia 18 tahun. Di usia tersebut, anak sudah memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk bisa memilih sendiri jenis kelamin apa yang sesuai dengan keyakinan dirinya.

Operasi ganti kelamin juga bisa dilakukan sebagai bagian dari terapi untuk gender dysphoria yang umum dialami oleh orang-orang transgender. Operasi ini bertujuan untuk mengubah penampilan fisik dan fungsi karakteristik seksual pada tubuh seseorang guna menyesuaikan karakteristik anatomi tubuh menyerupai gender yang mereka yakini.

Bagaimana tahapan memulai operasi ganti kelamin?

Dilansir dari The Washington Post, langkah paling pertama sebelum melaksanakan operasi ganti kelamin biasanya sesi konsultasi dengan konselor kesehatan mental profesional untuk melakukan diagnosis dan psikoterapi. Diagnosis dari gangguan identitas gender atau disforia gender dan surat rekomendasi resmi dari terapis yang bersangkutan membolehkan individu tersebut untuk memulai terapi hormon di bawah pengawasan dokter.

Hormon androgen diberikan pada pria transgender (dari wanita ke pria) untuk membantu mereka mengembangkan karakteristik seks sekunder pria, seperti jenggot dan rambut tubuh, juga suara yang lebih berat. Sebaliknya, hormon estrogen dan anti-androgen diberikan kepada wanita transgender (dari pria ke wanita) untuk membantu mereka mengubah suara massa otot, kulit, distribusi lemak tubuh, dan melebarkan pinggul. Sejumlah hal ini akan membuat penampilan fisik mereka lebih feminin. Rambut tubuh tipikal pria juga akan hilang.

Terapi hormon kemudian akan diikuti oleh uji penyesuaian hidup pasien untuk beraktivitas seperti biasa di dunia nyata, bukan lagi dengan gendernya yang ‘lama’ namun sebagai orang dengan gender yang ia yakini, selama kurang lebih satu tahun — bersekolah, kerja, belanja bulanan, serta mengganti nama depan mereka. Hal ini dilakukan untuk membuktikan pada dokter bedah bahwa orang lain di sekitarnya, selain terapis, mengakui bahwa ia telah berhasil menjalani hidup sebagai orang yang ‘baru’.

Setelah itu, dokter akan melaksanakan sejumlah prosedur untuk mengubah genitalia dan bagian tubuh lainnya.

Bagaimana prosedur operasi ganti kelamin?

Dari pria ke wanita


Operasi ganti kelamin dari pria ke wanita melibatkan prosedur pengangkatan penis dan testis, dan pemotongan uretra menjadi lebih pendek. Sebagian sisa kulit akan digunakan untuk cangkok jaringan pendukung vagina dan membentuk vagina utuh yang fungsional. Sebuah “neoklitoris” yang memungkinkan wanita transgender bisa merasakan sensasi orgasme bisa dibuat dari bagian penis. Wanita transgender akan tetap mempertahankan prostat mereka.

Setelah prosedur usai, pasien akan melanjutkan penggunaan hormon untuk membentuk kembali kontur tubuh dan merangsang pertumbuhan payudara atau melakukan pembesaran payudara. Operasi plastik untuk ‘mempercantik’ wajah, seperti mengubah bentuk mata, tulang pipi, hidung, alis, dagu, rambut, dan menghilangkan jakun juga bisa dilakukan.

Dari wanita ke pria


Pada operasi ganti kelamin wanita ke pria terbagi dalam tiga tahap. Pertama, akan dilakukan mastektomi subkutan. Kemudian, rahim dan indung telur akan diangkat, dalam dua prosedur terpisah. Prosedur terakhir melibatkan transformasi genital, scrotoplasty, dan pembuatan penis menggunakan jaringan dari klitoris atau vulva atau jaringan tubuh lainnya yang memungkinkan sensasi seksual.

Wanita yang ingin mengganti identitas menjadi laki-laki juga mungkin menjalani pengangkatan vagina sekaligus pemanjangan uretra (vaginectomy) untuk memungkinkan ia bisa kencing berdiri. Pemanjangan uretra adalah prosedur tersulit dari keseluruhan proses. Setelah satu tahun, penis (ereksi) dan testis buatan dapat dicangkokkan saat sensasi seksual telah kembali ke ujung penis.

Selain prosedur pembuatan kelamin, operasi plastik akan dilakukan untuk membuat tampilan dada menjadi lebih maskulin — tidak lagi tampak seperti payudara.

Walaupun begitu, tingkat kesuksesan operasi ganti kelamin dari wanita ke pria termasuk rendah. Pasalnya, prosedur pembuatan penis baru yang berfungsi optimal terbilang cukup sulit ketika hanya dibangun dari jaringan klitoris yang jauh lebih sedikit.

Adakah risiko dan efek samping dari operasi ganti kelamin?

Layaknya prosedur medis lainnya, operasi ganti kelamin membawa risiko infeksi, perdarahan, dan mungkin pemeriksaan medis lainnya untuk memperbaiki kerusakan. Operasi ganti kelamin adalah hal yang permanen dan tidak bisa diubah kembali. Maka Anda harus benar-benar yakin sebelum menjalani operasi ini. Meski begitu, banyak orang yang merasa puas terhadap hasil yang telah mereka dapatkan.

Komplikasi yang paling umum dari operasi ganti kelamin pria ke wanita adalah penyempitan jalur vagina baru. Namun, hal ini dapat ditangani dengan dilasi (pelebaran) atau menggunakan sebagian jaringan usus besar untuk membuat vagina. Sementara itu, komplikasi dari prosedur wanita ke pria adalah disfungsi penis. Cangkok penis buatan adalah prosedur yang sulit dan tidak akan menghasilkan rupa yang seragam.

Operasi ganti kelamin rentan menyebabkan masalah psikologis dan sosial

Yang perlu dicatat, terlepas komplikasi fisik, operasi ganti kelamin juga dapat memengaruhi kualitas hidup baru orang tersebut. Orang-orang transgender yang telah memiliki identitas baru sering kehilangan pasangan, keluarga, teman, bahkan pekerjaan. Mereka bahkan mungkin bisa merasa kesulitan jika diharuskan untuk pindah dan memulai hidup baru.

Sebuah jurnal terbitan PLOS ONE tahun 2011 tentang studi tindak lanjut terhadap 324 orang Swedia yang telah menjalankan operasi ganti kelamin menunjukkan bahwa mereka memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap angka kematian, perilaku bunuh diri, dan gangguan psikiatri dibanding populasi umum.

Kesimpulan dari studi tersebut menguraikan bahwa meski operasi ganti kelamin bisa mengatasi gejala disforia gender, tapi ini mungkin tidak akan cukup efektif sebagai terapi keseluruhan. Itu sebabnya sesi terapi dengan psikolog wajib dilakukan sebelum dan sesudah menjalani prosedur ini untuk menanggulangi kemungkinan gejala disforia gender kambuh kembali, bahkan setelah berganti identitas.

Sumber: https://hellosehat.com/
Share on Google Plus

About Blued Indonesia

    Blogger Comment
    Facebook Comment