Lima puluh tahun lalu, hubungan seks antara laki-laki di dalam ruang pribadi didekriminalisasi -tak lagi digolongkan sebagai pidana- di Inggris dan Wales.
Walaupun demikian, tindak kejahatan kebencian terhadap orang-orang gay terus berlanjut, dan serangan yang tercatat oleh polisi jumlahnya terus meningkat.
Ada 7.194 serangan di Inggris dan Wales dari April 2015 sampai Maret 2016. Para pegiat mengatakan inipun bukanlah gambaran lengkap, karena banyak korban masih tidak melapor. Enam orang yang mengalami serangan kebencian berbagi kisah mereka.
Perhatian: Cerita ini berisi rincian kekerasan dan gambar-gambar yang bisa mengganggu pembaca
James dan Dain sedang menikmati malam bersama di Brighton pada bulan Mei 2016. Ketika meninggalkan klub, mereka diikuti sejumlah orang dan diserang di tepi laut. Serangan itu mengakibatkan luka-luka fisik dan emosional yang berat.
James: Kami sedang berada di bar dan kami dipandangi oleh dua orang pria dari seberang lantai dansa. Saya tidak mudah terganggu tetapi tatapan mereka sangat aneh. Dain sedang merangkul saya saat itu dan sepertinya mereka tidak suka itu. Kemudian mereka meneriaki kami. Saya bilang kepada Dain untuk segera keluar dari klub dan mencari taksi secepat mungkin.
Dain: Kami meninggalkan bar. Tidak ada orang. Tiba-tiba saya mendengar suara orang berlari di belakang kami. Kami tak berhasil lolos. Mereka menarik kami dari belakang dan menghentakkan kami ke lantai. Saya terkapar di trotoar dan hanya dapat melihat James tetapi hal terakhir yang saya lihat adalah sebuah sepatu ke arah muka saya. Itu membuat saya tak sadarkan diri.
James: Salah seorang laki-laki tersebut menendang muka Dain berulang kali. Mereka terus menyerang dan mengumpat bahwa kami gay. Setiap saya mencoba merangkak mendekati Dain, saya diseret ke trotoar. Lalu sebuah taksi lewat dan menelpon polisi. Saya ingat, saya kemudian bisa berdiri dan Dain menoleh ke arah saya dan mengatakan, "Saya tidak bisa melihat."
Dain: Rongga mata saya benar-benar hancur. Ada pendarahan di kedua mata saya dan pipi saya retak. Gigi saya patah dan hidung saya juga. Saya ingat saat berada di rumah sakit dan terus bertanya, "Apakah saya dapat melihat lagi?" Mereka berkata, "Kami tidak bisa menentukan karena keadaannya begitu bengkak." Mereka bahkan tidak bisa membuka mata saya.
Hubungan saya dengan James memang sudah begitu dekat tapi menjalani begitu banyak waktu bersama sangat membuktikan kepada saya kuatnya hubungan kami. Saya adalah orang yang sangat tegar dan saya tidak akan menjalankan kehidupan saya sesuai dengan keinginan orang lain. Saya tidak akan membiarkan siapapun mengubahnya. Yang ada, hal ini malah membuat saya semakin ingin menjadi diri saya sendiri.
James: Ini membuat dia justru lebih kuat dan makin tidak peduli terhadap apa yang orang lain pikirkan. Ia makin bersikukuh untuk tampil menjadi dirinya sendiri. Namun hal ini memberi dampak yang berkebalikan kepada saya. Hal ini telah mengubah saya. Saya jadi mengubah cara pikir dan pandangan saya. Saya mengubah cara bagaimana saya berpikir, bagaimana saya berbicara, dengan siapa saya sedang berada, ke mana saya pergi. Dan ini menyedihkan karena saya ingat bagaimana hidup kami sebelum hal ini terjadi. Dan kalau melihat kami sekarang, sangatlah menyedihkan karena merekalah yang membuat ini terjadi. Itu yang sulit diterima.
Sudah lewat setahun sejak hal ini terjadi dan saya berpikir segalanya akan menjadi lebih mudah tapi ternyata tak semudah itu. Saat kami berada di luar tentu ia (Dain) ingin untuk terlihat berpasangan dengan saya, tapi saya takut sesuatu yang serupa akan terjadi lagi. Dulu tidak begini. Dulu memang kami tidak bergandengan tangan di jalanan, tetapi saya tidak harus sengaja memastikan bahwa kami tidak terlihat sebagai pasangan.
Saya tidak akan bisa memaafkan orang-orang yang menyerang kami atau melupakan apa yang terjadi. Semua itu akan terus menyertai saya dan saya yakin hal itu akan terus menyertai mereka juga selama hidup mereka.
Kedua penyerang, Gage Vye-Parminter dan Matthew Howes, mengaku bersalah atas tindakan penyerangan itu dan dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.
Becky dan Alex diserang saat sedang keluar malam di Croydon pada bulan Agustus 2016. Seorang lelaki dinyatakan bersalah sebagai penyerangnya namun lari keluar negeri sebelum ia dihukum, membuat pasangan ini marah dan frustrasi.
Alex: Saya marah dengan segala yang telah terjadi. Mata saya lebam dan harus menjelaskan kepada anak kami yang berumur enam tahun, kenapa Ibu terluka, kenapa Becky memar-memar. Itu bukanlah sesuatu yang saya ingin jelaskan ke anak saya, bahwa ada kebencian dalam dunia ini. Aneh bahwa hal ini masih terjadi hanya karena siapa yang kita pilih untuk kita cintai. Sekalinya ada pengasuh yang bisa menjaga anak sehingga kami keluar rumah, hal ini terjadi. Kami belum pernah keluar sejak kejadian itu.
Becky: Hal pertama yang dikatakan (lelaki penyerang itu) adalah, "Saya suka perempuan lesbian" dan saya langsung berkata dalam hati, "Ya Tuhan, betapa orang jenis ini..."
Alex: Ia memiliki logat Afrika Selatan. Awalnya semuanya berlangsung lumayan menyenangkan. Ia terlihat sedikit mabuk. Saya tidak pernah berlaku kasar ke siapapun. Ia meminta teman-teman kami untuk berciuman. Teman-teman menjawab, 'tidak,' dan saya berkata, '(Hal semacam itu kami lakukan) bukan untuk menyenangkan Anda.'
Becky: Ia melontarkan umpatan seperti 'lesbi!,' yang membuat salah satu teman saya tersinggung. Itu kata-kata yang tidak seharusnya Anda katakan. Kami lalu pergi ke kedai kebab untuk makan. Tapi saya tidak menyangka bahwa akan mengalami serangan.
Alex: Seorang pria lain yang baru saja bergabung lalu mengitari kami dan menatap saya.
Becky: Lalu ia mulai mencoba memegang-megang dan menyentuh kami, meraba payudara Alex dan menggerayanginya. Ia menyebut kami 'lesbi gendut,' dan Alex mendorongnya. Salah satu dari mereka lalu mengayunkan lengannya kepada Alex.
Alex: Saya diraba, ditendang, dan dibantingkan ke lampu jalanan. Istri saya dipukul dan dua teman kami juga dipukul. Memukul perempuan itu salah, dan melakukannya karena kami tidak menginginkan mereka, merupakan hal yang keji dan menjijikan. Saya sangat marah telah dilecehkan karena mencintai istri saya. Esoknya saya harus memakai kacamata karena saya tidak bisa menutupi lebam sekeliling mata saya.
Saya merasa bersalah karena memilih untuk mencintai Becky yang lalu berakibat terjadinya hal itu dalam kehidupan anak saya. Kalau hanya saya dan anak saya, kami terlihat sangat normal. Kami tidak akan menarik perhatian. Tapi berbeda saat kami bersama Becky, karena ia sangat terlihat sebagai seorang gay.
Saya kecewa, sedih, dan marah pada penyerang saya, pada pengadilan, sistem keadilan. Saya hanya berharap dan berdoa hal ini tidak terjadi pada orang lain.
Seorang pria asal Afrika Selata, Sazi Tutani, dinyatakan bersalah sebagai pelaku serangan namun tidak dapat dihukum karena telah terlebih dahulu meninggalkan Inggris dan pulang ke negaranya. Ada surat perintah untuk penangkapannya. Seorang pria lain dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan.
Source: www.bbc.com
Blogger Comment
Facebook Comment