Minimnya Peran Ayah di Keluarga Menyebabkan Anak Menjadi LGBT


Kelompok Lesbian Gay Biseksual Trans-gender (LGBT) tercatat sebagai yang paling tinggi terkena penularan HIV di Tanah Air. Menurut data Dinas Kesehatan Jakarta, 8 dari 10 kelompok LGBT positif memiliki HIV. Sumbangan kelompok LGBT terhadap kasus HIV/AIDS menjadi yang paling dominan. Kelompok tersebut menempati angka pertama dalam penularan HIV.

"Penularan HIV paling pertama itu kelompok LGBT, setelah itu dilanjutkan dengan Ibu Rumah Tangga (IRT). Dari sini, kita perlu menelaah latar belakang seseorang memilih menjadi salah satu dari LGBT tersebut," ujar Motivator dan Terapis, Shanti Maya kepada wartawan baru-baru ini. Banyak faktor yang membuat seseorang memilih hidup menjadi LGBT. Dipaparkan Shanti, minimnya peran ayah di keluarga menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh.

"Adanya rasa kekecewaan pada keluarga, bahwa di dalam keluarga, peran ayah sangat lemah. Di sini menjadi sumbangsih dan cikal bakal anak itu menjadi LGBT," papar Shanti. Selain itu, berlanjut pada rasa sakit hati yang dirasakan pada sosok wanita yang ada di rumah. Dengan minimnya peran ayah di rumah, tidak menutup kemungkinan sosok ibu atau saudara perempuan cenderung lebih berkuasa.

"Yang kedua karena rasa sakit hatinya pada ibu atau saudara perempuan yang cenderung memberi sifat lemah pada dirinya. Padahal, dia butuh paham bagaimana proses seorang ayah memberinya kasih sayang," jelasnya.
Tidak berhenti di situ, karena faktor lainnya seperti kepuasan dengan pasangan dan media sosial memengaruhi terjerumus seseorang dalam kelompok LGBT.

"Kurang puas secara seksual dan tidak bisa disampaikan pada pasangan, menjadi pemicu juga. Hadirnya karakter, maaf, banci, di media sosial juga berperan mengubah perilaku seseorang," ucapnya. Apakah memang bener seperti itu? Bagaimana menurutmu? 
Share on Google Plus

About Blued Indonesia

    Blogger Comment
    Facebook Comment