Penelitian Tentang Agama dan Kaitannya Dengan Pemikiran Bunuh Diri di Kalangan Remaja LGBT


Sebuah penelitian baru-baru ini dalam American Journal of Preventive Medicine menunjukkan hubungan antara keyakinan agama dan pemikiran bunuh diri di kalangan remaja LGBT di Amerika Serikat.

Diterbitkan awal tahun ini, penelitian ini mengungkapkan bahwa agama membantu melindungi sebagian besar orang dari pikiran bunuh diri. Namun, bagi mereka yang berusia 18-30 tahun yang mengidentifikasi diri sebagai LGBT, ini justru sebaliknya.

John R. Blosnich, dari West Virginia University’s Injury Control Research Center, dan rekan penulisnya, menggunakan data dari University of Texas di Austin. Konsorsium Penelitian sekolah itu mempelajari kesehatan mental mahasiswa.

Mereka  mensurvei 21.247 orang mahasiswa.

Dari para peserta survei, 2,3% diidentifikasi sebagai gay atau lesbian, 3,3% diidentifikasi sebagai biseksual, 1,1% diidentifikasi sebagai yang mempertanyakan orientasi seksual, identitas dan atau ekspresi gender mereka (Questioning). 0,2% diidentifikasi sebagai transgender, tetapi ini terlalu kecil dari ukuran sampel.

Hubungan yang mengkhawatirkan

Secara umum, penelitian ini menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari pemikiran bunuh diri di kalangan remaja LGBT versus rekan-rekan heteroseksual mereka. Ini seragam di sebagian besar studi.

Namun, untuk siswa heteroseksual, pentingnya agama dalam hidup mereka menurunkan upaya bunuh diri sebesar 17%.

Angka-angka berubah secara signifikan untuk remaja LGBT.

Untuk remaja lesbian dan gay yang mengatakan agama sebagai hal penting, mereka 38% lebih tinggi dalam memiliki pemikiran bunuh diri daripada lesbian dan gay yang mengatakan bahwa agama itu tidak penting. Memang, untuk lesbian saja, penulis menghubungkan agama dan keyakinan dengan peningkatan sebanyak 52% terkait dengan pikiran untuk bunuh diri.

Biseksual tidak menunjukkan banyak tautan, tetapi mereka yang masih mempertanyakan orientasi seksual, identitas dan atau ekspresi gender mereka (Questioning) benar-benar mengkhawatirkan.

Bagi mereka yang mengidentifikasi sebagai Questioning dan mengatakan agama itu penting, mereka pernah mencoba bunuh diri baru-baru ini dan angkanya tiga kali lebih tinggi dari mereka yang mengindentifikasi sebagai Questioning yang mengatakan bahwa agama tidak penting.

Kebutuhan akan perubahan

Data penulis berasal dari tahun 2011. John R. Blosnich mengatakan perubahan dalam masyarakat dan negara dapat menghasilkan hasil yang berbeda pada hari ini. Namun, banyak survei tidak menyertakan data seksualitas dan agama, itulah sebabnya mereka menggunakan survei ini.

Terlepas dari itu, jelas ada kebutuhan untuk melakukan lebih banyak pekerjaan untuk mengatasi epidemi ini.

Penelitian lain baru-baru ini mengungkapkan bahwa memanggil remaja transgender dengan nama yang mereka sukai dapat mengurangi pemikiran untuk bunuh diri.

Ini masalah rasa hormat, kasih sayang, dan komunitas yang aman.

Sumber: http://www.suarakita.org/
Share on Google Plus

About Blued Indonesia

    Blogger Comment
    Facebook Comment