Buku tersebut dipuji oleh berbagai kalangan pegiat hak-hak LGBT, namun tidak semua orang tertarik membacanya, tulis wartawan BBC, Guy De Launey.
Seorang ibu di Kroasia, Zrinka Znidarcic, memiliki sebuah buku dongeng tentang LGBT untuk putranya, Patrik, yang baru berusia dua tahun dan ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
"Reaksi putra saya terhadap buku itu adalah kegirangan sepenuhnya," ujarnya. "Ia langsung mengambilnya dan mengatakan: saya akrab dengan kisah ini."
Buku yang dimaksud berjudul My Rainbow Family atau Keluarga Pelangi Saya. Sepintas buku ini seperti buku-buku cerita lainnya yang ditujukan untuk anak-anak balita - buku tebal dengan halaman yang penuh dengan ilustrasi berwarna dan naskah ringan.
Tapi dengan cepat kita bisa melihat jelas ada sesuatu yang berbeda dalam buku ini.
Misalnya, buku ini bisa dibaca baik dengan mulai dari depan seperti biasa, atau dimulai dari halaman belakang - karena ada dua cerita berbeda yang nantinya akan bertemu di tengahnya.
Lalu ada beragam sosok di sana. Seorang gadis kecil dengan dua ayah. Dan seorang bocah lelaki dengan dua ibu.
"Kami sangat senang," katanya.
"Patrik memilih buku-bukunya sendiri sebagai dongeng pengantar tidur. Ia selalu menjadikannya sebagai buku favorit, sejak ia punya buku yang satu ini. Kami tidak menjelaskan apapun tentang hal itu kepadanya, ia yang memilih."
"'Saya ingin membaca buku tentang saya, tentang keluarga saya,' katanya."
Ini adalah pertama kalinya buku anak-anak di Kroasia menggambarkan keluarga dengan orang tua sesama jenis. Dan bagi orang-orang seperti Zrinka, yang sudah memiliki pasangan sejenis sejak tahun 2014, ini merupakan cerminan hidup yang menyenangkan dalam keluarganya.
Buku 'Keluarga Pelangi Saya' mungkin menjadi sumber kebahagiaan bagi Zrinka dan keluarganya. Tapi buku ini merupakan tantangan langsung bagi organisasi-organisasi konservatif yang didukung oleh Gereja Katolik. Lima tahun yang lalu, mereka memaksa sebuah referendum yang menjegal rencana pemerintah waktu itu untuk melegalkan pernikahan sesama jenis. Kini mereka menyoroti sebuah buku dongeng anak-anak.
Sebuah organisasi bernama Vigilare, mengutarakan misi mereka adalah "mempromosikan identitas perkawinan sejati (alami) antara seorang pria dan seorang istri di mana anak-anak dibesarkan".
Mereka menyebut buku 'Keluarga Pelangi Saya' ini merupakan 'propaganda homoseksual' dan mendesak menteri pendidikan untuk melarangnya dari sekolah-sekolah. Vigilare tidak menanggapi permintaan untuk wawancara yang kami ajukan berulang kali.
Pakar dari Institut Pengembangan dan Hubungan Internasional Zagreb, SenadaSelo-Sabic, mengatakan, telah terjadi kebangkitan kekuatan konservatif sejak Kroasia bergabung dengan Uni Eropa, lima tahun lalu.
"Kroasia melakukan sebuah kesalahan selama proses bergabung dengan Uni Eropa - kami membungkam dan mengesampingkan setiap orang yang tidak setuju. Partai-partai politik menciptakan citra Kroasia yang sangat liberal, progresif dan egaliter. Namun kenyataannya, itu hanya satu sisi dari cerita. "
Meningkatnya nasionalisme
Penentangan terhadap buku yang menampilkan para orang tua sesama jenis ini hanyalah satu dari berbagai gejala. Di negara tersebut juga muncul peningkatan nasionalisme ekstrim dan bahkan berbagai insiden penyangkalan Holocaust.
Sebuah papan dengan slogan fasisme terpampang di dekat lokasi kamp konsentrasi Perang Dunia II, Jasenovac. Pihak berwajib butuh waktu hampir setahun untuk mencabut papan tersebut.
Senada Selo-Sabic mengatakan ini adalah saat yang mengkhawatirkan.
"Saya harap apa yang kita lihat sekarang sebagai sebuah pergolakan konservatisme hanyalah sebuah reaksi terhadap masa pembungkaman yang mereka hadapi - dan ini akan mereda di masa yang akan datang. Jika tidak, ini benar-benar kiamat bagi kita."
Tapi penerbit buku Keluarga Pelangi Sayamemilih untuk bersikap optimis. Daniel Martinovic, salah satu pendiri kelompok pendukung orang tua sesama jenis 'Keluarga Pelangi' di Kroasia, mengatakan tanggapan positif terhadap buku tersebut tidak terbatas dari kelompok minoritas saja.
"Mungkin ini memberi kita harapan akan sebuah perubahan"
Daniel Martinovic, pendiri Keluarga Pelangi
"Ketika pertama kali kami membuat buku ini, kami hanya mencetak 500 eksemplar, karena kami pikir ini lebih untuk kami, teman dan para pendukung kami. Tetapi sejak kisah ini diberitakan, banyak orang tua yang mengatakan: 'Kami bukan LGBT, tapi kami sangat menyukai buku bergambar ini, sehingga kami bisa menunjukkan kepada anak-anak kami dan mendiskusikan berbagai tema tentang kesetaraan, toleransi dan keragaman'."
"Mungkin ini memberi kita harapan akan sebuah perubahan - bahwa kita akan maju menuju masyarakat yang lebih toleran."
Reaksi menteri pendidikan melegakan Martinovic. Bahwa meski kelompok 'keluarga' Katolik mungkin terdengar gaduh, mereka hanya mewakili sebagian kecil orang-orang Kroasia dibanding kelompok 'mayoritas diam' (silent majority) yang mereka klaim mereka suarakan.
Blazenka Divjak mengabaikan sebuah surat terbuka dari Vigilare dan mengatakan bahwa para orang tua memiliki hak untuk memutuskan, apakah anak-anak mereka sebaiknya membaca buku Keluarga Pelangi Saya atau tidak.
Bandingkan dengan Inggris di tahun 1980an. Kenneth Baker, menteri pendidikan di bawah Margaret Thatcher, keberatan dengan penerbitan buku anak-anak berbahasa Inggris pertama yang menampilkan orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Ia menyebut buku Jenny Lives With Eric and Martin adalah 'propaganda homoseksual yang terang-terangan' - mungkin merupakan inspirasi bagi Vigilare, lebih dari 30 tahun kemudian.
Sikap warga Inggris telah berubah. Dan Zrinka Znidarcic yakin keterbukaan yang meningkat akan menebus segala perbedaan di Kroasia, dengan buku Keluarga Pelangi Sayayang berperan dalam mengurangi berbagai pandangan buruk tentang para orang tua sesama jenis.
"Saya tidak pernah memiliki pengalaman buruk saat orang-orang mengetahui bahwa saya memiliki seorang istri dan keluarga," katanya.
"Cara terbaik untuk mengubah pikiran adalah menjadi orang beradab, memberi mereka kesempatan untuk bertemu dengan kami dan berinteraksi seperti layaknya manusia biasa."
Sumber: http://www.bbc.com/
Blogger Comment
Facebook Comment