Kelompok Pengacara Malaysia: Hentikan Eksploitasi Komunitas LGBT untuk Keuntungan Politik


Kelompok Lawyers for Liberty telah mengutuk otoritas Malaysia karena komentar mereka terkait komunitas LGBT, dan meminta mereka untuk berhenti menggunakan komunitas demi keuntungan politik mereka sendiri.

Dalam sebuah pernyataan, Zaid Malik, seorang juru bicara kelompok itu mengatakan: “LGBT harus hidup dalam persembunyian atau menghadapi risiko murka publik dan hukum. Mereka telah kehilangan haknya dan menderita terlalu lama.”

Membuat referensi untuk komentar oleh Anwar Ibrahim yang mengatakan bahwa Muslim Malaysia dipaksa untuk menerima “budaya atau gaya hidup LGBT” Zaid Malik berkata: “Sangat disayangkan bahwa dia menggunakan komunitas LGBT sebagai pion untuk agenda politik; itu adalah tipuan dari taktik scare-mongering (menjual ketakutan) yang sering digunakan oleh pemerintah lama.”

Zaid Malik menepis komentar Anwar Ibrahim, menyebutnya sebagai “omong kosong” dan menambahkan bahwa “yang diminta oleh komunitas LGBT adalah agar pihak berwenang dan kelompok intoleran untuk menghentikan penganiayaan dan memfitnah mereka.”

Dan pada akhir bulan lalu, perdana menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohamad, mengatakan bahwa negara itu tidak dapat menerima hak LGBT. Menanggapi laporan yang menyerukan hak LGBT yang lebih baik, dia berkata: “Di Malaysia, ada beberapa hal yang tidak dapat kami terima.”

Merujuk pada laporan itu, ia menambahkan: “Suhakam (Suruhanjaya Hak Asasi Manusia Malaysia/Komnas HAM Malaysia) telah mengajukan usulnya kepada kami sekarang, salah satunya termasuk untuk mengubah UU Suhakam.

“Meskipun kami setuju dengan Suhakam [pada hal-hal tertentu], kami harus mengingatkan Suhakam bahwa Malaysia memiliki sistem nilai yang berbeda dari orang Barat.”

“Misalnya, kami tidak bisa menerima LGBT dan juga pernikahan lelaki dan lelaki atau perempuan dan perempuan. Konsep keluarga tetap sama — yakni pasangan dengan anak-anak mereka sendiri atau yang diadopsi untuk dianggap sebagai keluarga.”

“Tapi dua lelaki atau dua perempuan tidak dianggap sebagai keluarga.”

Disadur dari SuaraKita.com
Share on Google Plus

About Blued Indonesia

    Blogger Comment
    Facebook Comment